Tanggal 18 Juni 2012 adalah tanggal memiliki arti penting bagi SMBT (sispala mandala bhakti tama) yang merupakan organisasi siswa pecinta alam di SMA N 1 SINGARAJA, karena pada tanggal tersebut bendera SMBT berhasil dikibarkan kembali di puncak dari pulau dewata ini. Ya, karena sudah beberapa tahun terakhir sudah jarang dilakukannya pendakian ke Gunung Agung. Gunung yang satu ini adalah gunung tertinggi di Bali dengan ketinggian 3.124 MdPL (Meter dari Permukaan Laut).
Tanggal 17 Juni pukul 14.30
kami pun berangkat ke Kabupaten Karangasem. Karena hanya berlima, kami
berangkat menggunakan motor. Tempat yang kami tuju adalah Pura Pasar Agung,
karena dari pura tersebut kita dapat mendaki dengan menggunakan jalur selatan.
Selama kurang lebih 3 jam perjalanan akhirnya kami sampai d pura tersebut. Kami
pun langsnung melakukan beberapa administrasi pendakian.
Sekitar pukul
18.00 kami memulai pendakian. Medan yang pertama kali kami temui adalah hutan
yang cukup lebat. Setelah satu jam pendakian kami mulai lepas dari medan hutan
yang lebat, namun pohon-pohon cemara masih menemani pendakian kami. Lalu
setengah jam kemudian yaitu sekitar pukul 19.30 kami menemukan tempat yang
cocok untuk mendirikan shelter (tempat
perlindungan sementara) untuk bermalam, yaitu di daerah Telaga Mas.
Setelah itu kami
pun segera membuat perapian, agar badan tetap hangat. Tak lupa kami masak bahan
makanan yang kami bawa untuk makan malam. Setelah menyantap makan malam, kami
pun merapat di perapian agar badan tidak kedinginan oleh angin gunung agung
yang kencang dan dingin sampai menusuk tulang. Beberapa saat kemudian kami pun
segera beranjak untuk tidur, karena sekitar jam 2 pagi nanti kami harus menuju
puncak untuk mendapatkan sunrice yang konon sangat indah apabila d lihat dari
titik tertinggi pulau dewata ini.
Sekitar pukul
01.30 pagi, kami pun segera memberaskan peralatan dan membongkar shelter. Lalu
sekitar jam 02.00 kami melanjutkan pendakian menuju puncak. Rute pendakian yang
kami lalui semakin terjal dengan medan masih diselingi dengan pepohonan cemara
dan pohon lain. Setelah 2 setengah jam pendakian kami menemukan medan yang
berbeda, disini kami benar-benar lepas hutan, tak ada pohon cemara maupun pohon
lain. Yang kami temui disini ialah medan batu sepanjang perjalanan menuju
puncak yang lebih terjal sehingga sesedikit kami harus memanjatnya. Angin
gunung yang berhembus semakin kencang juga mengharuskan kami agar mendaki
dengan badan membungkuk, agar tidak terhempas oleh angin.
Sekitar 1 jam
melakukan pendakian kami pun sudah dapat melihat tujuan kami dengan jelas,
disana sudah terlihat banyak wisatawan asing bersama guidenya sudah menunggu
terbitnya sang mentari. Beberapa saat kemudian pun terbitlah matahari.
Sayangnya saat itu kami masih dalam perjalanan menuju puncak, kami terlambat.
Tetapi pemandangan sinrise dari lereng gunung agung tak kalah indahnya.
Akhirnya beberapa saat kemudian kami sampai di puncak gunung agung. Angin
terasa berhembus lebih kencang dan lebih dingin. Pemandangan yang disajikan
dari sini pun sangat indah, kami dapat melihat sebagian sisi selatan dan barat
Pulau Bali. Beberapa saat kemudian pemandangan itu lenyap ditutupi awan putih yang
halus. Awan tersebut tampak seperti daratan es di langit. Wow, so beautifull.beberapa menit kemudian pendakki lain pun mulai
turun, karena tujuan meraka hanya memburu sunrise saja. Tak lupa pula kami
kibarkan bendera organisasi Sispala Mandala Bhakti Tama dengan rasa bangga. Tentu saja mengambil
beberapa foto untuk didokumentasikan, narsis
gitu deh, hehe.
Di
atas sana kami sempatkan pula untuk membuka persediaan logistic untuk
mengganjal perut yang mulai kosong dan kedinginan.
Karena sudah
merasa cukup lama berada di puncak, kami pun memutuskan untuk turun ke Pura
Pasar Agung. Kami turun dengan jalur yang sama dengan jalur pendakian. Ditengah
perjalanan turun kami disambut dengan salah satu hewan yang menghuni daerah
gunung agung, yaitu monyet abu-abu. Populasi monyet di gunung tersebut masih
cukup banyak.
Beberapa jam
kemudian kami pun sampai di area Pura Pasar Agung, disana kami beristirahat
sejenak agar tenaga kami terisi kembali, karena perjalanan dari Karangasem ke
Buleleng tidaklah dekat. Ketika sudah saatnya untuk kembali ke Singaraja, kami
pun bergegas berangkat agar nanti tidak terlalu sore ketika sampai di
Singaraja.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar